Wednesday, February 22, 2012

tesss

Dari jauh kelihatan seperti garis hitam memanjang dan sangat kontras dengan warna putih dinding di ruang tamu. Sesuatu yang tak biasanya. Ada apa ini. Tadi siang bersih, mengapa sore ini jadi kotor? Siapa yang mencoret-coret dinding? Tidaklah mungkin anak-anak saya. Mereka sudah besar-besar, pasti mereka bisa membedakan dimana tempat yang seharusnya untuk menggambar atau melukis. Tidak akan mungkin, pasti ada yang tak beres.

Oala. Satu dua, satu dua. Kiri kanan, kiri kanan. Terus saja mereka berjalan dalam satu barisan. Ada yang pergi, dan ada yang pulang. Tetapi tetap dalam satu garis. Bila mereka bertemu, stop sebentar, cium-ciuman, kemudian masing-masing berjalan lagi. Saya mencoba mengikuti kemana arah perjalanan mereka. Dari dinding, barisan menuju ke kursi panjang, sofa, bergerak ke kaki kursi, turun ke lantai, menyeberang menuju ke bawah meja."Huup", ada kerumunan semut di sana. Mereka sedang mengerumuni potongan kue kecil. Kue kering dengan rasa manis kesukaan saya. Teringat kalau tadi siang saya makan dua potong kue sewaktu duduk di sofa, dan mungkin ada serpihan yang nyelonong jatuh.

Sunday, February 5, 2012

Kisah Senar Biola

Salah satu kecenderungan manusia adalah melihat kepada apa yang tidak dimilikinya dan membandingkan dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Jika hal ini yang dilakukan, maka tidak mengherankan jika hasilnya adalah mengeluh, menggerutu dan hidup yang tidak maksimal. Orang yang berhasil melihat kepada potensi yang ada di dalam dirinya dan berusaha untuk mengembangkannya dengan cara menggunakan potensi tersebut maka akan melihat kemajuan-kemajuan luar biasa di dalam hidupnya. Kisah pemain biola legendaris abad 19 bernama Niccolo Paganini menarik untuk kita pelajari. 
Dalam sebuah konser yang diiringi dengan orkestra penuh, Niccolo Paganini sedang memainkan biolanya, tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, tetapi dia meneruskan permainan biolanya. Kejadian yang sangat mengejutkan terjadi lagi yaitu senar biola yang lainpun putus satu persatu dan hanya meninggalkan satu senar saja. Dalam keadaan seperti ini, seharusnya dia memilih untuk berhenti memainkan biolanya karena belum pernah ada seorangpun yang dapat memainkan biola dengan satu senar. Keadaan itu tidak membuat Niccolo Paganini menyerah, dia memilih untuk terus memainkan biola dengan satu senarnya sampai selesai dan sungguh luar biasa peristiwa itu justru mengangkat namanya lebih terkenal lagi. 
Mengapa Niccolo Paganini berhasil mengatasi masalahnya? Karena dia tidak melihat kepada senar-senar yang putus. Dia tidak mau ditentukan oleh senar-senar yang putus, tetapi memilih untuk melihat dan menggunakan apa saja yang masih dia miliki yaitu satu senarnya. Dan dengan satu senar itu dia berhasil menyelesaikan permainannya yang telah membuat namanya semakin terkenal. Berilah makanan bagi tubuh Anda Berilah makanan bagi pikiran Anda Berilah makanan bagi jiwa Anda